karya Lukman Adicahyo
Embun pagi menggantung di pucuk dedaunan
Sang surya sudah tak segan-segan membagi sinarnya
Menggantikan tugas bulan tuk menerangi bumi ini
Kulihat secercah cahaya masuk melalui lubang kecil itu
Kilau cahaya bercampur titik debu
Yang mengenai bingkai kayu foto berhiaskan kaca
Kudekati dan kuambil, lalu kuusap
Ketika selimut biru bermotifkan garis lurus itu
Membelit tubuh kecil nan mungil ini
Dan bibir bunda yang selalu mengecup hangat keningku
Di atas ranjang kayu jati kecil
Dering handphone membangunkan aku
Dari mimpi sejenak di pagi hari itu
Tersadar itu adalah peristiwa 17 tahun yang lalu
Sekarang selimut itu entah kemana
Ranjang itu mungkin sudah tiada
Berjalan aku menuju jendela
Jendela rumah yang bukan tempat tinggalku
Semua ingatan itu telah hilang
Tak banyak yang bisa kuingat lagi
Tak banyak yang bisa kucari lagi
Yang bisa kuingat hanya satu
Satu hal dengan beribu makna
Yaitu kelembutan bunda
Kelembutan dan kasih sayang
Yang tak pernah terkikis
Sampai saat ini, sampai saat ku senja
Bahkan sampai saat ku tiada
Sampai aku hancur oleh masa
Bagaimana bisa matahari begitu tulus memberikan sinarnya
Bagaimana bisa bumi ini begitu tulus terinjak, rela tertindih
Bagaimana bisa pohon itu terus berbuah walau buahnya terus dicuri
Bagaimana bisa air itu terus mengalir walau banyak banyak batu menghadang
Sedangkan mereka tak menerima balasan apapun
Bunda,
Engkaulah matahari yang terus memberikan sinar kasih sayang tak tergantikan
Engkaulah bumi yang selalu ikhlas dengan semua kekhilafanku padamu
Engkaulah pohon yang terus berbuah dan air yang terus mengalir
Berjuang demi anakmu ini yang hanya bisa berbuat sebesar debu di tengah padang pasirmu
Rasanya ingin aku kembali ke masa itu
Tapi tentu tidak mungkin, tidak mungkin
Tidak mungkin itu bisa terjadi
Semua telah berjalan semestinya
Menurut kekuasaan Sang Pengendali Waktu
17 tahun setelah masa itu aku berjanji
Berjanji untuk tetap tegar di tengah badai menderu
Berjanji untuk tidak menangis lagi di tengah malam gelap
Menyongsong mimpi dan harapan yang sempat tertunda
Untuk semua orang yang mengenalku
Untuk semua orang yang menyayangiku
Untuk semua orang yang mencintaiku
Untuk semua orang yang membenciku
Dan untuk semua orang menyia-nyiakanku
Sampai 17 tahun atau bahkan sampai aku dipanggil dari masa itu
Sampai embun benar-benar sudah menghilang
No comments:
Post a Comment